Adab Terhadap Orang Tua Dalam Islam
Orang tua adalah seseorang yang harus kita sayangi, terutama ibu. Karena ibu memiliki jasa yang sangat besar kepada kita, yang kita tidak akan bisa membalasnya walau dengan harta berjuta-juta. Dengan berbakti kepada orang tua, kita akan mendapat ridhanya dan dengan begitu kita juga akan mendapat ridha Allah subhanahu wata’ala.
Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺭِﺿَﻰ ﺍﻟﺮَّﺏِّ ﻓِﻲ ﺭِﺿَﻰ ﺍﻟﻮَﺍﻟِﺪِ، ﻭَﺳَﺨَﻂُ ﺍﻟﺮَّﺏِّ ﻓِﻲ ﺳَﺨَﻂِ ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪِ
--
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi: 1899, HR. al-Hakim: 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir: 14368, al-Bazzar: 2394)
1. Tidak memandang orang tua dengan pandangan yang tajam atau tidak menyenangkan
Sebisa mungkin ketika berhadapan dengan orang tua atau sedang berbicara dengan orang tua, pandangan kebawah (menunduk). Hindari raut wajah yang tidak menyenangkan (merengut). Tetap tersenyum meskipun mungkin kita berbeda pendapat dengannya.
2. Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan orang tua
Dalil kedua ada di atas adalah hadits Al Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu mengenai bagaimana adab para Sahabat Nabi terhadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam , disebutkan di dalamnya:
ﻭﺇﺫﺍ ﺗﻜَﻠَّﻢَ ﺧَﻔَﻀُﻮﺍ ﺃﺻﻮﺍﺗَﻬﻢ ﻋﻨﺪَﻩ ، ﻭﻣﺎ ﻳُﺤِﺪُّﻭﻥ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﻨﻈﺮَ؛ ﺗﻌﻈﻴﻤًﺎ ﻟﻪ
--
“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).
Syaikh Musthafa Al ‘Adawi mengatakan: “setiap adab di atas terdapat dalil yang menunjukkan bahwa adab-adab tersebut merupakan sikap penghormatan”.
Maka dari hadits ini merendahkan suara dan tidak memandang dengan tajam merupakan akhlak yang mulia dan sikap penghormatan yang tentu sangat layak untuk kita terapkan kepada orang tua.
Karena merekalah orang yang paling layak mendapatkan perlakuan yang paling baik dari kita. Sebagaimana telah dijelaskan pada materi sebelumnya.
3. Tidak mendahului mereka dalam berkata-kata
Diantara adab yang mulia kepada orang tua adalah tidak mendahului mereka dalam berkata-kata dan mempersilakan serta membiarkan mereka berkata-kata terlebih dahulu hingga selesai. Lihatlah bagaimana Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu menerapkan adab ini. Beliau berkata:
ﻛﻨَّﺎ ﻋﻨﺪَ ﺍﻟﻨَّﺒﻲِّ ﺻﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋﻠﻴْﻪِ ﻭﺳﻠَّﻢَ ﻓﺄﺗﻲَ ﺑِﺠُﻤَّﺎﺭٍ، ﻓﻘﺎﻝَ : ﺇﻥَّ ﻣﻦَ ﺍﻟﺸَّﺠﺮﺓِ ﺷﺠَﺮﺓً، ﻣﺜﻠُﻬﺎ ﻛﻤَﺜﻞِ ﺍﻟﻤﺴﻠِﻢِ ، ﻓﺄﺭﺩﺕُ ﺃﻥ ﺃﻗﻮﻝَ : ﻫﻲَ ﺍﻟﻨَّﺨﻠﺔُ، ﻓﺈﺫﺍ ﺃﻧﺎ ﺃﺻﻐﺮُ ﺍﻟﻘﻮﻡِ، ﻓﺴَﻜﺖُّ، ﻓﻘﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒﻲُّ ﺻﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋﻠﻴْﻪِ ﻭﺳﻠَّﻢَ : ﻫﻲَ ﺍﻟﻨَّﺨﻠﺔُ
--
“kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim 2811).
Ibnu Umar radhiallahu’anhuma melakukan demikian karena adanya para sahabat lain yang lebih tua usianya walau bukan orang tuanya. Maka tentu adab ini lebih layak lagi diterapkan kepada orang tua.
4. Tidak duduk di depan orang tua sedangkan mereka berdiri
Dalilnya hadits Jabir bin Abdillah
radhiallahu’anhu :
ﺍﺷﺘﻜﻰ ﺭﺳﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺼﻠﻴﻨﺎ ﻭﺭﺍﺀَﻩ ﻭﻫﻮ ﻗﺎﻋﺪٌ , ﻭﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮٍ ﻳُﺴْﻤِﻊُ ﺍﻟﻨﺎﺱَ ﺗﻜﺒﻴﺮَﻩ , ﻓﺎﻟﺘﻔﺖَ ﺇﻟﻴﻨﺎ ﻓﺮﺁﻧﺎ ﻗﻴﺎﻣًﺎ ﻓﺄﺷﺎﺭ ﺇﻟﻴﻨﺎ ﻓﻘﻌﺪﻧﺎ , ﻓﺼﻠﻴﻨﺎ ﺑﺼﻼﺗِﻪ ﻗﻌﻮﺩًﺍ . ﻓﻠﻤﺎ ﺳﻠَّﻢَ ﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﻛﺪﺗُﻢ ﺁﻧﻔًﺎ ﻟﺘﻔﻌﻠﻮﻥ ﻓﻌﻞَ ﻓﺎﺭﺱَ ﻭﺍﻟﺮﻭﻡِ , ﻳﻘﻮﻣﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻠﻮﻛِﻬﻢ ﻭﻫﻢ ﻗﻌﻮﺩٌ . ﻓﻼ ﺗﻔﻌﻠﻮﺍ . ﺍﺋﺘﻤﻮﺍ ﺑﺄﺋﻤَّﺘِﻜﻢ . ﺇﻥ ﺻﻠﻰ ﻗﺎﺋﻤًﺎ ﻓﺼﻠﻮﺍ ﻗﻴﺎﻣًﺎ ﻭﺇﻥ ﺻﻠﻰ ﻗﺎﻋﺪًﺍ ﻓﺼﻠﻮﺍ ﻗﻌﻮﺩًﺍ
--
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri.
Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya.
Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no. 413).
Para ulama mengatakan dilarangnya hal tersebut karena merupakan kebiasaan orang kafir Persia dan Romawi. Maka hendaknya kita menyelisihi mereka.
5. Lebih mengutamakan orang tua daripada diri sendiri atau iitsaar dalam perkara duniawi
Hendaknya kita tidak mengutamakan diri kita sendiri dari orang tua dalam perkara duniawi seperti makan, minum, dan perkara lainnya. Sebagaimana hadits dalam Shahihain mengenai kisah yang diceritakan oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam mengenai tiga orang yang terjebak di dalam gua yang tertutup batu besar, kemudian mereka bertawassul kepada Allah dengan amalan-amalan mereka, salah satunya berkata:
ﺍﻟﻠﻬﻢّ ! ﺇﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻟﻲ ﻭﺍﻟﺪﺍﻥ ﺷﻴﺨﺎﻥ ﻛﺒﻴﺮﺍﻥ . ﻭﺍﻣﺮﺃﺗﻲ . ﻭﻟﻲ ﺻﺒﻴﺔٌ ﺻﻐﺎﺭٌ ﺃﺭﻋﻰ ﻋﻠﻴﻬﻢ . ﻓﺈﺫﺍ ﺃﺭﺣﺖُ ﻋﻠﻴﻬﻢ ، ﺣﻠﺒﺖُ ﻓﺒﺪﺃﺕُ ﺑﻮﺍﻟﺪﻱ ﻓﺴﻘﻴﺘُﻬﻤﺎ ﻗﺒﻞ ﺑﻨﻲّ . ﻭﺃﻧﻪ ﻧﺄﻯ ﺑﻲ ﺫﺍﺕَ ﻳﻮﻡٍ ﺍﻟﺸﺠﺮُ . ﻓﻠﻢ ﺁﺕِ ﺣﺘﻰ ﺃﻣﺴﻴﺖُ ﻓﻮﺟﺪﺗُﻬﻤﺎ ﻗﺪ ﻧﺎﻣﺎ . ﻓﺤﻠﺒﺖُ ﻛﻤﺎ ﻛﻨﺖ ﺃﺣﻠﺐُ . ﻓﺠﺌﺖُ ﺑﺎﻟﺤﻼﺏِ . ﻓﻘﻤﺖ ﻋﻨﺪ ﺭﺅﻭﺳِﻬﻤﺎ . ﺃﻛﺮﻩُ ﺃﻥ ﺃﻭﻗﻈَﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﻧﻮﻣِﻬﻤﺎ . ﻭﺃﻛﺮﻩُ ﺃﻥ ﺃﺳﻘﻲَ ﺍﻟﺼﺒﻴﺔَ ﻗﺒﻠﻬﻤﺎ . ﻭﺍﻟﺼﺒﻴﺔُ ﻳﺘﻀﺎﻏﻮﻥ ﻋﻨﺪ ﻗﺪﻣﻲ . ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝْ ﺫﻟﻚ ﺩﺃﺑﻲ ﻭﺩﺃﺑُﻬﻢ ﺣﺘﻰ ﻃﻠﻊ ﺍﻟﻔﺠﺮُ . ﻓﺈﻥ ﻛﻨﺖ ﺗﻌﻠﻢ ﺃﻧﻲ ﻓﻌﻠﺖُ ﺫﻟﻚ ﺍﺑﺘﻐﺎﺀَ ﻭﺟﻬِﻚ ، ﻓﺎﻓﺮﺝْ ﻟﻨﺎ ﻣﻨﻪ ﻓﺮﺟﺔً ، ﻧﺮﻯ ﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀَ . ﻓﻔﺮﺝ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣﻨﻪ ﻓﺮﺟﺔً . ﻓﺮﺃﻭﺍ ﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀَ
--
“Ya Allah sesungguhnya saya memiliki orang tua yang sudah tua renta, dan saya juga memiliki istri dan anak perempuan yang aku beri mereka makan dari mengembala ternak. Ketika selesai menggembala, aku perahkan susu untuk mereka.
Aku selalu dahulukan orang tuaku sebelum keluargaku. Lalu suatu hari ketika panen aku harus pergi jauh, dan aku tidak pulang kecuali sudah sangat sore, dan aku dapati orang tuaku sudah tidur. Lalu aku perahkan untuk mereka susu sebagaimana biasanya, lalu aku bawakan bejana berisi susu itu kepada mereka.
Aku berdiri di sisi mereka, tapi aku enggan untuk membangunkan mereka. Dan aku pun enggan memberi susu pada anak perempuanku sebelum orang tuaku. Padahal anakku sudah meronta-ronta di kakiku karena kelaparan. Dan demikianlah terus keadaannya hingga terbit fajar.
Ya Allah jika Engkau tahu aku melakukan hal itu demi mengharap wajahMu, maka bukalah celah bagi kami yang kami bisa melihat langit dari situ. Maka Allah pun membukakan sedikit celah yang membuat mereka bisa melihat langit darinya”.
Sumber : muslim.or.id
No comments: